“Hei pemuda, jika kamu diberi kekuatan olehNya, pilah lah satunya.” Cetus seorang tua di ujung bukit.
“Angin, aku ingin angin Ia berikan kepadaku menjadi merasuk kepada sifatku, hai pak tua.” Timpal anak muda.
Dengan raut muka yang terheran, si tua pun bertanya kepada anak muda, “Angin? Apa guna angin untuk dirimu dan orang lain? Lebih baik kamu memilih sinar matahari yang selalu menghangatkan khalayak, atau lainnya air hujan mungkin, yang membawa kemujuran bagi tiap-tiap mahkluk?”
“Cukuplah angin saja. Dia tidak memberikan kehangatan layaknya sang surya, dia tidak dapat digapai oleh telapak seperti air memang.”
“Bahkan ia tidak terlihat oleh mata. Bayangkan, sosok yang tidak terlihat oleh mata itu bahkan memiliki guna juga untuk kita.”
“Aku tidak ingin menjadi surya yang dapat dipuja oleh setiap mahluk yang disinarinya. Aku tidak ingin seperti air yang dicari keberadaannya. Aku hanya ingin membantu mereka dengan kemampuanku sebagai angin. Aku hanya ingin memberikan kesejukan yang tidak mereka pinta. Aku hanya ingin yang berguna bagi mereka namun aku tak ingin mereka melihat aku, hanya sentuhanku yang dapat mereka rasakan. Aku tidak butuh pengakuan mereka atas gunaku untuk diri mereka. Syukurku kepadaNya untuk itu.”
“Dan aku berharap Dia memberikan sedikit sifat angin kepadaku”, tutup pemuda itu.
-6.199084
106.867591